SELASAR SUNARYO ART SPACE Bekerjasama Dengan NADI GALLERY
14 Maret – 26 Maret 2012
dengan hormat mengundang anda untuk hadir dalam acara pembukaan pameran
transit: UNLOAD/RELOAD
Pameran karya seniman RESIDENSI TRANSIT #1
[Gatot Pujiarto(Malang)| Made Wiguna Valasara(Bali/Jogjakarta)| Rudayat (Bandung)]
dikuratori oleh:
Chabib Duta Hapsoro
Pembukaan:
Rabu, 14 Maret 2012, pukul 19.30 WIB
Tempat: Nadi Gallery
Jalan Kembang Indah II Blok G3 no. 4-5 , Puri Indah, Jakarta Barat
Pameran berlangsung hingga Senin, 26 Maret 2012
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) dan Nadi Gallery bekerjasama untuk menyelenggarakan unload/reload, Pameran Residensi transit #1. Bertempat di Nadi Gallery, pameran ini merupakan satu rangkaian dari pameran Bongkar/Muat-Unload/Reload yang diselenggarakan sebelumnya di SSAS pada bulan November tahun kemarin. Mengusung tema kuratorial yang baru, pameran ini juga menyertakan pula beberapa karya Baru dari Gatot Pujiarto, Made Wiguna Valasara dan Rudayat setelah masa residensi.
Dalam transit #1 para seniman tamu harus mengikuti prosedur kerja yang dirancang oleh SSAS, yakni melalui diskusi dan lokakarya. Sunaryo, Hendro Wiyanto dan Agung Hujatnikajennong berperan sebagai ‘rekanan’ yang melakukan kunjungan dan dialog teratur dengan seniman-seniman di studio mereka. Para seniman secara berkala melakukan presentasi tentang kekaryaan mereka di hadapan beberapa kritikus, kurator dan seniman yang diundang. Melalui sesi open studio, publik pun dipersilakan untuk terlibat dengan cara berdialog langsung dan mengamati proses kerja mereka. Format lokakarya seperti ini dianggap efektif untuk membantu para seniman membuka kemungkinan dan merumuskan gagasan baru, dan mencoba medium atau material yang belum pernah mereka tekuni sebelumnya.
Sebelum tinggal dan berkarya di SSAS, baik Valasara, Gatot dan Rudayat memang sudah memiliki latar belakang kekaryaan yang cukup kuat dan khas. Masing-masing seniman juga telah melewati beberapa kali perubahan medium dan gaya. Salah satu benang merah yang dapat ditarik dari kekaryaan mereka adalah penjelajahan artistik yang diawali dengan aktifitas melukis. Yang menarik, dalam proses residensi, aktifitas melukis dan berbagai ‘konvensi seni lukis’ yang mereka ketahui, justru kemudian dikembangkan melalui cara-cara yang ‘dekonstruktif’. Meskipun masih memandang lukisan sebagai medium, Valasara, Gatot maupun Rudayat terlihat telah menanggalkan perilaku-perilaku khas dalam penciptaan seni lukis, sehingga memperlihatkan kualitas-kualitas lukisan sebagai objek.
Pola kerja dan prosedur produksi artistik yang diberlakukan dalam transit #1 memang sengaja menempatkan seniman sebagai seorang pencipta yang selalu berada dalam fase transisional. Berbagai asumsi yang diyakini sebelumnya seringkali dipertanyakan dan dikritik melalui diskusi. Saat seniman mampu menjawab kritik dengan menampilkan karya yang berbeda, namun menampakkan potensi mereka, maka dapat dikatakan bahwa salah satu tujuan residensi ini tercapai. Lokakarya dengan tim rekanan akhirnya bukanlah suatu metode untuk memaksa seorang seniman bertransformasi secara drastis, melainkan hanyalah metode untuk mendorong reinforcement (penguatan) kreatifitas artistik. Memang, pada praktiknya perilaku-perilaku artistik baru dapat terbentuk. Namun seniman tetap dipandang sebagai individu aktif yang unik serta memiliki potensi bawaan yang khas. Dalam teori-teori tentang kreatifitas, telah banyak dibahas bagaimana kombinasi sisi-sisi kognitif dan kondisi lingkunganlah akhirnya yang membentuk potensi dan kekuatan artistik manusia.
(Chabib Duta Hapsoro, kurator pameran)